Tampilkan postingan dengan label Fauna Sumatra. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fauna Sumatra. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 September 2016

Orang Jakarta Harus Ikut Serta Lestarikan Harimau Sumatera, Begini Caranya...

Orang Jakarta Harus Ikut Serta Lestarikan Harimau Sumatera
 Harimau Sumatera

Penyelamatan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang populasinya di alam kini ditaksir tinggal 441 - 679 bukan hanya jadi tanggung jawab lembaga konservasi ataupun pihak taman nasional.

Pola konsumsi orang-orang kota macam Jakarta sebenarnya juga menentukan keberlangsungan hidup spesies ikonik dari Indonesia tersebut. Karenanya, orang-orang kota pun juga harus ikut bertanggung jawab.

Yoan Dinata dari Forum Harimau Kita mengungkapkan, ada sejumlah cara bagi warga Jakarta dan kota-kota lainnya untuk ikut melindungi harimau sumatera.

Salah satu cara ialah tak membeli produk dari kulit harimau atau bagian tubuh lainnya. Hal lain adalah melaporkan kepada pihak berwajib bila menjumpai orang yang memperdagangkan atau memiliki harimau sumatera hidup maupun awetan.

"Kurangi juga konsumsi barang-barang yang terbuat dari kayu alam," kata Yoan saat dihubungi Kompas.com, Jumat (29/7/2016).
Menurutnya, banyak barang kayu alam diperoleh dari penebangan ilegal yang merusak habitat harimau sumatera. "Pakai produk kayu tersertifikasi," imbuhnya.

Sementara, Devy Suradji, Marketing Director WWF Indonesia, mengungkapkan pentingnya kepedulian dengan mendonasikan dana untuk kepentingan harimau sumatera.

"Kami juga mengajak publik untuk mengurangi penggunaan kertas, memilih produk hutan yang lestari ataupun lebih selektif memilih produk sawit," tuturnya.

Produk kertas seperti tisu, kertas tulis, dan karton terbuat dari bahan baku bubur kertas yang dihasilkan oleh industri perkebunan di Sumatera.

Demikian juga sawit yang hampir terdapat di setiap produk makanan dan kosmetik yang dipakai sehari-hari. Sawit dihasilkan oleh perkebunan sawit di Sumatera yang banyak berkontribusi pada kebakaran hutan.

Pengurangan produk kertas dan selektif memilih produk sawit membantu melestarikan hutan Sumatera habitat harimau dari kerusakan.

Tanggal 29 Juli diperingati sebagai hari Harimau Global. Sekaranglah saatnya, siapa pun termasuk warga Jakarta, ikut serta melestarikan harimau sumatera.

Sumber: Kompas

Sabtu, 14 Mei 2016

Badak Sumatera atau Dicerorhinus Sumatrensis

Badak Sumatera dalam bahasa Latin disebut dengan Dicerorhinus Sumatrensis adalah salah satu spesies badak yang dipunyai Indonesia selain badak jawa (Rhinocerus sondaicus). DisebutBadak Sumatera karena memang lingkungan hidupnya ada di Pulau Sumatera. Dengan bentuk dan ukurannya, Badak sumatera (Sumatran rhino)  merupakan spesies badak terkecil di dunia dan menjadi satu dari lima spesies badak di dunia yang masih bertahan dari kepunahan selain badak jawa,  badak india, badak hitam afrika, dan badak putih afrika.

Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) seperti badak lainnya di dunia, semakin langka untuk ditemui dan terancam mengalami kepunahan. Diperkirakan populasi badak dengan ciri memiliki cula dua ini hanya kurang dari 200 ekor saja. Oleh IUCN Redlist  memasukkan badak sumatera  (Sumatran rhino) dalam daftar status konservasi critically endangered (kritis; CE).

Badak sumatera dalam bahasa Inggris disebut sebagai Sumatran rhino. Sering disebut juga sebagai hairy rhino karena salah satu cirinya adalah memiliki rambut terbanyak ketimbang jenis badak lainnya. Badak sumatera memiliki dua cula dengan panjang cula depan berkisar antara 25-80 cm dan cula belakang lebih pendek sekitar 10 cm. Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) rat-rata mencapai panjang tubuh antara dua hingga tiga meter dengan berat tubuh sekitar 600-950 kilogram. Tinggi satwa langka badak sumatera dewasa ini berkisar antara 120-135 cm.

Selain badak sumatera jenis binatang khas sumatra yang sudah langka adalah gajah sumatra, silahkan baca disini.
Lingkungan Hidup Badak Sumatera.

Habitat atau lingkungan hidup badak sumatera badalah mulai dari hutan rawa dataran rendah hingga hutan perbukitan namun umumnya binatang langka ini lebih suka tinggal di hutan bervegetasi lebat. Satwa langka bercula dua ini lebih sering terlihat di hutan-hutan sekunder pada dataran rendah yang mempunyai air, tempat berteduh, dan pohon-pohon yang menjadi sumber makanan yang tumbuh rendah. Yang menjadi makanan pokok badak sumatera adalah buah-buahan terutama mangga liar dan fikus, daun-daunan, ranting-ranting kayu dan kulit kayu.

Badak sumatera atau Dicerorhinus sumatrensis adalah termasuk satwa penjelajah yang hidup dalam kelompok-kelompok kecil  namun lebih suka hidup secara soliter atau menyendiri. Sering turun ke daerah dataran rendah untuk mendapatkan tempat yang kering saat cuaca yang cerah. Pada cuaca panas binatang ini lebih suka berada di hutan-hutan yang adanya di atas bukit dan biasanya dekat air terjun.



Populasi Badak Sumatera.

Badak sumatera diketahui sebelumnya hidup dan menyebar di wialayah yang luas mulai dari Indonesia (Sumatera dan Kalimantan), Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Vietnam, Thailand, Myanmar, dan Malaysia. Namun saat ini diperkirakan badak sumatera atau Dicerorhinus sumatrensis telah punah dibayak tempat yang disebutkan di atas dan hanya menyisakan di Indonesia dan Malaysia. Sehingga saat ini populasi badak sumatera semakin langka. langka. Menurut data IUCN Redlist pada tahun 1997 populasi badak bercula dua ini berkisar antara 220-275 ekor. Bahkan menurut International Rhino Foundation (Virginia) pada tahun 2010 diperkirakan populasi badak sumatera tidak mencapai 200 ekor.

Catatan lokasi populasi Badak Sumatera adalah sebagai berikut:

  • Di Sumatra populasi badak sumatera terkonsentrasi di Taman Nasional Bukit Barisan  dengan jumlah antara 60-80 ekor,
  • Taman Nasional Gunung Lauser (60-80 ekor),
  • TN. Way Kambas (15-25 ekor), dan
  • Taman Nasional Kerinci Seblat (diperkirakan telah punah).
  • Di Sabah Malaysia diperkirakan memiliki populasi berkisar antara 6-10 ekor.
  • Sedangkan populasi di Kalimantan hingga sekarang belum teridentifikasi.
Salah satu binatang khas Sumatra
Badak Sumatra


Mengingat tingkat populasi badak sumatera sudah seperti ini maka wajar jika kemudian IUCN Redlist memasukkan badak sumatra dalam status konservasi critically endangered (kritis) yang merupakan satu tingkat di bawah status konservasi punah. Status konservasi critically endangered ini diberikan kepada badak sumatera sejak 1996. Selain itu, badak sumatera juga terdaftar dalam CITES Apendiks I sejak tahun 1975. CITES Apendiks I berarti badak sumatera dilindungi secara internasional dari segala bentuk perdagangan.


Penurunan Populasi Badak Sumatera

Penurunan populasi badak sumatera  atau Dicerorhinus sumatrensis disebabkan oleh beberapa hal terkait dengan habitat dan praktek perburuna liar. Penurunan populasi badak sumatera saat ini disebabkan karena berkurangnya habitat tempat badak sumatera hidup dan berkembang akibat deforestasi hutan dan kebakaran hutan. Pada tahun-tahun terakhir sering ada laporan munculnya badak sumatera  ini ke dalam daerah pemukiman warga dan perkebunan. Ini artinya lingkungan hidup mereka sudah semakin terdesak.
Hal berikutnya yang menjadi penyebabnya adalah oleh perburuan liar untuk mengambil cula dan anggota tubuh lainnya. Walaupun praktek perburuan liar ditengarai tidak pernah terjadi lagi dalam kurun sepuluh tahun terakhir, namun masih ada resiko praktek perburuan ini dilakukan secara gelap.


Upaya Penangkaran

Oleh pemerintah dilakukan berbagai upaya untuk melestarikan binatang langka, termasuk badak sumatera dilakukan di Taman Nasional Way Kambas. Upaya ini menunjukkan harapan baru dengan adanya badak yang hamil di sini. Ratu, seekor badak sumatera betina berusia 9 tahun dipastikan hamil di Penagkaran di Taman Naional Way Kambas. Kehamilan badak dalam penangkaran yang merupakan pertama kali dalam kurun 112 tahun ini memberikan sedikit harapan bagi pengembangan penangkaran badak sumatera dan badak jawa di Indonesia. Lokasi Taman Nasional Way kambas ini bisa dicapai lewat Lintas Sumatera tepatnya di Lintas Timur Sumatera.

Sepasang badak sumatra di penangkaran Way Kambas
Badak Sumatra di Penangkaean Way Kambas
Klasifikasi Ilmiah. Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Perissodactyla; Famili: Rhinocerotidae. Genus: Dicerorhinus; Spesies: Dicerorhinus sumatrensis


Referensi: http://www.iucnredlist.org; Gambar: http://www.arkive.org; sains.kompas.com

Gajah Sumatra

Gajah Sumatra memiliki habitat di hutan alam Sumatera sehingga jenis gajah ini hanya hidup secara bebas di Pulau Sumatera. Binatang ini termasuk dalam sub spesies gajah asia diberi nama ilmiahnya Elephas maximus sumatranus. Gajah Sumatera diklasifikasikan ke dalam keluarga Elephantidae.
Posisi Gajah Sumatera dalam keluarga Elephantidae. Terdapat dua genus hewan yang termasuk dalam keluarga Elephantidae yang masih hidup di muka bumi yaitu genus Elephas dan Loxodonta.
1 Genus Elephas  terdiri dari satu spesies yaitu Elephas maximus atau gajah asia.
2 Sedangkan Loxodonta terdiri dari dua spesies dimana keduanya digolongkan sebagai gajah afrika
  • Loxodonta africana
  • Loxodonta cyclotis
3 Gajah asia atau Elephas maximus memiliki tiga sub spesies yaitu
  • Elephas maximus indicus
  • Elephas maximus maximus 
  • Elephas maximus sumatranus
Gajah Sumatra biasanya hidup berkelompok
Kelompok Gajah


Gajah sumatra adalah salah satu sub spesies gajah asia, nama ilmiahnya Elephas maximus sumatranus. Selain Gajah Sumatera terdapat jenis gajah lain di Indonesia yakni gajah kalimantan.
Gajah sumatera termasuk jenis hewan mamalia terbesar di Indonesia dimana hewan ini bisa tumbuh hingga mencapai 3,5 meter tingginya dan berat hingga enam ton. Umur rata-rata hewan ini mencapai 70 tahun dengan masa kehamilan untuk hingga kelahiran bayi gajah sumatera adalah 22 bulan. Dibanding hewan mamalia lainnya gajah memiliki ukuran otak yang lebih besar sehingga hewan ini termasuk binatang cerdas. Gajah memiliki pendengaran yang sangat tajam yang ditunjang dengan ukuran telinga yang lebar. Telinga lebar ini berfungsi juga untuk membantu mengurangi panas tubuhnya. Gajah memiliki belalai yang berfungsi untuk memegang dan menggenggap makanannya. Dalam sehari gajah ini membutuhkan makanan dengan berat 150 kilogram dan air hingga 180 liter.
Gajah Sumatera agak berbeda warna kulitnya dari gajah asia lainnya dimana warna kulitnya lebih terang dan terdapat warna flek putih kemerahan menjadi salah satu ciri khas gajah Sumatera. Selain itu ciri khas gajah sumatera yang membedakan dengan gajah afrika adalah gading, karena gajah Sumatera yang memiliki gading hanya gajah jantan sementara gajah betina tidak memiliki gading. Selain itu adalah bentuk dua tonjolan pada bagian atas kepala pada gajah sumatera berbeda dengan gajah afrika yang tidak memiliki tonjolan seperti itu. Telinga gajah sumatera bentuknya lebih kecil dibanding gajah afrika.

Habitat Gajah Sumatra

Gajah sumatera tersebar di pulau Sumatera mencakup 7 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu dan Lampung, biasanya hewan ini habitatnya di ketinggian hingga 300 meter dari permukaan laut.
Pada tahun 1985 populasi gajah sekitar 4800 ekor tetapi jumlah ini semakin kecil dicatat pada tahun  2007 populasi gajah sumatera di alam liar diperkirakan sekitar hanya 2400-2800 ekor, diduga hal ini terjadi karena semakin sempitnya habitat gajah karena hutan alami yang biasa mereka hidup semakin habis.

Cara Hidup

Jenis makanan gajah sumatera adalah daun, umbi-umbian, rumput-rumputan, ranting,  dan  buah-buahan, yang paling disukai gajah sumatra di antara jenis makanannya tersebut adalah rumput-rumputan. Setiap hari seekor gajah sumatera memakan hingga 230 kg dan minum sebanyak 160 liter. Gajah lebih aktif dimalam hari maka termasuk jenis hewan noktural, sementara waktu tidurnya hanya berkisar 4 jam dan kebanyakan waktunya adalah untuk menjelah sambil mencari makanan. Luas area penjelajahan gajah ini bisa mencapai dua puluh kilometer persegi seharinya.

System Reproduksi

Gajah jantan memiliki masa produksi hormon testosteon sering disebut masa must setelah berumur 12-15 tahun. Pada saat tanda-tanda gajah jantan siap kawin terjadi perubahan perilaku, nafsu makannya menurun, gerakannya lebih agresif dan suka mengendus-ngendus dengan belalainya. Sela akan terjadi perubahan in itu terjadi juga perubahan fisik seperti sering meneteskan urin, penis sering keluar dan dari dahinya mengeluarkan kelenjar berbau menyengat.
Gajah betina mulai bisa melahirkan anak dengan masa kehamilan 22 bulan setelah mencapai berumur di atas 9-10 tahun. Gajah yang baru lahir memiliki bobot tubuh sekitar 40-80 kg dengan tinggi 75-100 cm dan akan bersama induknya  hingga berumur 18 bulan.

Kelompok Gajah

Gajah adalah hewan sosial yang hidup berkelompok dengan jumlah yang bervariasi banyaknya yang dipengaruhi oleh luas habitat suatu kelompok gajah dan kondisi alamnya. Jika areal habitatnya luas dan kondisinya terdapat makanan yang cukup maka jumlah kawanan gajah tersebut biasanya lebih banyak. Jumlah kelompok gajah sumatera biasanya antara 20 hingga 35 ekor yang dipimpin oleh seekor betina. Sementara gajah  jantan berkumpul dalam kelompok untuk periode tertentu saja. Gajah sumatera memerlukan habitat yang tenang dan nyaman karena gajah sumatera sangat peka dengan bunyi-bunyian. 

Makin banyaknya gangguan terhadapa habitat gajah oleh aktifitas manusia seperti perambahan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan yang baru, penebangan hutan ditambah sering terjadinya perburuan liar sangat mengancam kelestarian kehidupan gajah sumatera. Untuk menghindari ancaman kepunahan gajah sumatera pemerintah sudah mengambil langkah lewat penerbitan hukum yang mengamankan habitat dan hidup gajah. Maka gajah sumatera termasuk hewan yang masuk dalam status dilindungi.

Selain gajah sumatera terdapat hewan khas lain di Pulau Sumatera antara lain harimau sumatra, badak sumatra,  kijang sumatra, kelinci sumatera, ayam kinantan, ikan batak, kambing hutan sumatera, yang hanya hidup di pulau Sumatera. Untuk mengetahui tentang harimau sumatra bisa dibaca disini.

Upaya Perlindungan

Status konservasi gajah sumatera ditetapkan ke dalam kategori Critically Endangered (CR) oleh IUCN yang artinya satwa ini berada diambang kepunahan. Status CR berada hanya dua tingkat dari status punah di alam liar dan punah sepenuhnya.
Hukum Republik Indonesia
Gajah Sumatera termasuk satwa yang dilindungi dalam sistem hukum di Indonesia oleh UU No.5 tahun 1990 dan PP 7/1999. Perlindungan diberikan karena semakin besarnya ancaman terhadap kelangsungan hidup gajah sumatera. Berbagai ancaman  datang diakibatkan oleh makin rusaknya habitat oleh karena perluasan  lahan perkebunan dan pertanian. Ini yang membuati terjadi konflik dengan manusia. Selain itu adalah perburuan yang dilakukan untuk diambil gadingnya. Populasi gajah di alam bebas semakin menurun dan menjadi spesies yang sangat terancam. Berkurangnya jumlah gajah sumatera diakibatkan oleh beberapa hal antara lain karena hilangnya lahan habitat alami gajah dimana 83% habitat gajah sumatera telah menjadi wilayah perkebunan akibat perambahan yang agresif. Berkurangnya jumlah gajah sumatera sebanyak 65% populasi gajah sumatera lenyap akibat dibunuh manusia, dan 30% kemungkinan dibunuh dengan cara diracuni oleh manusia. 

  Ancaman

Pulau Sumatera memiliki laju deforestasi hutan terparah di dunia menjadi salah satu penyebab populasi gajah berkurang lebih cepat dibandingkan jumlah hutannya. Akibat penyusutan atau hilangnya habitat satwa besar ini membuat mereka sering masuk ke kawasan berpenduduk sehingga menimbulkan konflik manusia dan gajah, yang sering berakhir dengan kematian gajah dan manusia, kerusakan lahan kebun dan tanaman dan harta benda.





Konservasi Gajah di Sumatera

  • Taman Nasional Way Kambas adalah taman nasional perlindungan gajah yang terletak di daerah Lampung tepatnya di Kecamatan Labuhan Ratu, Lampung Timur, Indonesia.
  • Sekolah gajah (Pusat Latihan Gajah) di Minas, Riau
  • Bukit Salero dan Gunung Raya yang berbatasan dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Sumatera Selatan

Sumatran Tiger atau Harimau Sumatra

Penampilan Harimau Sumatra
Harimau Sumatra


Harimau Sumatera  atau dalam bahasa latin disebut Panthera Tigris Sumatrae adalah subspesies harimau yang paling kecil di dunia dengan panjang tumbuh hanya sampai 2,5 meter. Harimau jantan yang berumur dewasa dapat memiliki tinggi hingga 60 cm dan panjangnya dari ujung kepala hingga kaki mencapai 250 centimeter dan beratnya mencapai 140 kg. Sementara harimau betina dewasa memiliki panjang rata-rata 198 centimeter dengan berat 90 kilogram.

Namun dengan ukuran Harimau Sumatera yang kecil membuat harimau ini mampu bergerak dengan cepat di hutan sumatera yang lebat. Harimau Sumatera saat ini adalah spesies harimau yang terancam punah dengan jumlah hanya sekitar 400 ekor diduga masih berada di alam liar. Harimau Sumatera adalah hewan asli di pulau Sumatera, Indonesia. Harimau Sumatera dapat ditemukan di berbagai habitat dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi, dari hutan di pegunungan sampai hutan rawa gambut di Pulau Sumatera.

Harimau Sumatera memerlukan waktu selama seratus tiga hari dan umumnya melahirkan dua atau tiga ekor anak harimau setiap melahirkan. Usia Harimau Sumatera adalah antara lima belas hingga dua puluh tahun.

Penampakan Harimau Sumatera berbeda dengan spesies harimau lain, garis-garis Harimau Sumatera lebih sempit dibandingkan dengan spesies harimau lain dan mereka juga memiliki surai yang lebih besar. Harimau Sumatera adalah perenang yang efisien dalam mengejar mangsa karena memiliki kaki berselaput kecil. Harimau Sumatera adalah predator dominan pemangsa daging atau disebut juga karnivora. Cara berburu mangsanya adalah dengan cara menguntit diam-diam sampai mereka memiliki kesempatan untuk menangkap mangsanya ketika lengah. Hewan yang diburu oleh Harimau Sumaetra adalah hewan mamalia besar seperti rusa, babi hutan, sapi dan kambing. Pada umumnya Harimau Sumatera berburu mangsa di malam hari.

Kulit Harimau Sumatera sangat diminati oleh manusia karena coraknya yang bagus. Sebab itu marak terjadi perburuan terhadapa Harimau Sumatera yang menyebabkan jumlahnya semakin langka. Perdagangan Harimau Sumatera ini sudah sangat membahayakan kelangsungan hidup dan kelestarian harimau ini. Jumlah semakin sedikit.

Bagian-bagian tubuh harimau ini yang diperdagangkan selain kulitnya adalah kumis dan taringnya. Kadang tubuh harimau yang dibunuh pemburu dijual secara utuk untuk dipajang sebagai hiasan.
Selain akibat perburuan oleh pemburuh, kerusakan lingkunga tempat Harimau Sumatera juga menambah kondisi potensi kepunahan Harimau Sumatera. Perburuan dan pembebasan lahan hutan yang dilakukan manusia mengganggu keseimbangan habitat Harimau Sumatera. Berkurangnya jumlah hewan yang menjadi makanan atau mangsa Harimau Sumatera sangat mempengaruhi kelangsungan hidup mereka.
Induk harimau dengan anak-anaknya
Keluarga Harimau

Untuk menjaga kelestariannya pemerintah menetapkan Harimau Sumatera sebagai salah satu hewan yang dilindungi. Upaya pelestarian Harimau Sumatera ini perlu dilakukan agar mereka tidak sampai punah dari alam.

Orangutan Sumatra

Hewan endemik Pulau Sumatra
Orangutan Sumatra
Orangutan Sumatera atau Pongo abelii adalah jenis orangutan yang hidup di hutan Sumatra maka termasuk hewan endemik dari Pulau Sumatra, namun sekarang hanya ditemukan di hutan-hutan Sumatra bagian tengah dan utara saja. Terdapat sekitar 13 daerah populasi orang utan di Sumatra. Diketahui pada tahun 1800 hewan primata ini masih ditemukan hidup di hutan-hutan di Jambi dan Sumatera Barat (lebih selatan atau luas dari sebaran saat ini). Populasi saat ini tersebar hanya dibeberapa titik saja yaitu Bukit Lawang (dijadikan sebagai suaka margasatwa dan Taman Nasional Gunung Leuser, ada populasi kecil di provinsi Sumatera Utara sepanjang perbatasan dengan NAD, terutama di hutan-hutan danau Toba tapi hanya ditemukan dua areal habitat.
Survei pada tahun 2004 memperkirakan ada sekitar 7.300 ekor orangutan Sumatra yang masih hidup di habitat alam liar. Beberapa di antaranya dilindungi di lima daerah di Taman Nasional Gunung Leuser yang terbagi atas beberapa blok yaitu blok Aceh barat laut dan timur laut, sungai Batang Toru Barat, Sarulla Timur dan Sidiangkat, dan lainnya hidup di daerah yang tidak terlindungi. Upaya pelestarian primata ini lewat program pembiakan telah dibuat di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di provinsi Jambi dan Riau dan menghasilkan populasi orangutan Sumatra yang baru. Sementara di luar habitat alaminya, di kurungan, banyak kebun binatang dan taman satwa di luar habitat alami yang tertarik pada orangutan.
Orangutan Sumatra lebih menggemari pakan buah-buahan dan terutama juga serangga berbeda jika dibandingkan dengan Orangutan Kalimantan. Buah yang digemari termasuk buah beringin dan nangka. Selain itu primata ini juga memakan telur burung dan vertebrata kecil. Orangutan Sumatra lebih suka tinggal di pohon daripada sepupunya dari Kalimantan; hal ini mungkin karena adanya pemangsa seperti harimau Sumatra. Dengan lengannya hewan ini bergerak dan bergelantungan dari pohon ke pohon.
Bergelantungan dengan lengan dari pohon ke pohon
Orangutan di hutan Sumatra

Orangutan Sumatra mempunyai sifat lebih sosial dibandingkan dengan orangutan Kalimantan. Primata ini senang berkumpul dalam jumlah yang banyak saat makan buah di pohon beringin. Orangutan jantan dewasa umumnya menghindari kontak dengan jantan dewasa lain. Orangutan betina dewasa lebih memilih kawin dengan jantan dewasa. Sementara jantan sub-dewasa akan berusahauntuk kawin dengan betina manapun, meskipun mungkin mereka gagal menghamilinya karena betina dewasa dengan mudah menolaknya.
Umumnya jangka waktu kelahiran orangutan Sumatra lebih panjang dibandingkan jangka waktu kelahiran pada orangutan Kalimantan dan merupakan rerata jangka waktu terlama di antara primata besar. Orangutan Sumatra mulai melahirkan saat mereka berusia sekitar 15 tahun. Bayi orangutan akan tinggal dan hidup dekat induknya hingga usia tiga tahun. Bahkan setelah itu, anaknya masih akan berhubungan dengan induknya. Orangutan ini bisa hidup beberapa puluh tahun; bahkan panjang umurnya bisa melebihi 50 tahun.

Ciri-ciri Fisik

Panjang tubuh primata ini adalah antara 1,25 meter sampai 1,5 meter. Bobot badan orangutan dewasa betina sekitar 30-50 kilogram, sementara jantan sekitar 50-90 kilogram. Bulu-bulunya berwarna coklat kemerahan. Kebalikan dari orangutan Borneo, orangutan Sumatera mempunyai kantung pipi yang panjang pada orangutan jantan.

Kelompok

Orangutan jantan dewasa bersifat penyendiri sementara para betina sering dijumpai bersama anaknya di hutan. Rata-rata setiap kelompok terdiri dari 1-2 orangutan mempunyai luas daerah jelajah sekitar 2-10 kilometer yang banyak bertumpang tindih dengan kelompok lain tergantung pada ketersediaan buah di hutan. Setelah melewati umur tiga setengah tahun, anak orangutan akan berangsur-angsur mandiri dari induknya setelah kelahiran anak yang lebih kecil. Orangutan Sumatera betina mulai berproduksi pada usia 10-11 tahun, dengan rata-rata usia reproduksi sekitar 15 tahun.

Pola Makan

Kebanyakan makanan orangutan adalah buah-buahan seperti mangga, durian, nangka, leci dan buah ara, selain itu mereka memekan juga pucuk daun muda, serangga, kulit pohon dan kadang-kadang telur serta vertebrata kecil. Mereka mendapatkan air dari buah-buahan tetapi selain iru juga dari lubang-lubang pohon. Orangutan Sumatera diketahui dapat menggunakan potongan ranting untuk mencungkil dan mengambil biji buah. Hal ini menunjukkan tingkat intelegensi yang lebih tinggi pada orangutan Sumatera.

Penurunan dan Hilangnya Habitat

Hilangnya habitat hutan yang menjadi perkebunan sawit, pertambangan, pembukaan jalan, legal dan illegal logging, kebakaran hutan dan perburuan, mengancam kelangsungan hidup primata ini. Habitat orangutan di Sumatera berkurang dengan sangat cepat. Di Sumatera Utara, diperkirakan luas tutupan hutan telah berkurang dari sekitar 3,1 juta hektar di tahun 1985 menjadi 1,6 juta hektar pada 2007. Sebaran orangutan di masa yang lalu diperkirakan hingga ke Sumatera Barat sangat berkurang sehingga saat ini penyebaran orangutan di habitat aslinya hanya terdapat di Aceh dan Sumatera Utara serta areal pembiakan orangutan di perbatasan Jambi dan Riau.
Orangutan adalah hewan yang dilindungi oleh hukum di Indonesia sejak 1931, namun perdagangan liar orangutan dengan tujuan dijadikan hewan peliharaan merupakan salah satu ancaman terbesar bagi satwa langka ini. Konflik antara orangutan dan manusia akibat adanya pembukaan hutan alam untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit di habitat atau wilayah jelajah orangutan juga mengakibatkan penurunan jumlah orangutan.


Menurut IUCN, dalam periode 75 tahun terakhir populasi orangutan Sumatera sudah mengalami penurunan mencapai 80%.  Saat ini populasi orangutan Sumatera diperkirakan hanya tersisa sekitar 6.500-an ekor (Rencana Aksi dan Strategi Konservasi Orangutan, Dephut 2007) dan dalam IUCN Red List edisi tahun 2002, orangutan Sumatera dikategorikan sudah sangat terancam kepunahan (Critically Endangered). WWF juga terlibat secara aktif dalam pengembangan Rencana Aksi dan Strategi Konservasi Orangutan yang dirilis oleh Presiden RI tahun 2007.  WWF juga bekerjasama dengan berbagai pihak untuk melindungi lansekap hutan yang tersisa di Bukit Tiga Puluh dan Jambi di mana lansekap tersebut juga merupakan areal introduksi orangutan Sumatera di alam.