Senin, 18 Januari 2021

Ini Lut Kucak, Destinasi Wisata Baru di Bener Meriah Aceh

 





Dataran tinggi Tanah Gayo yang terletak di tengah Provinsi Aceh dikenal sebagai penghasil kopi Arabika kualitas terbaik dan terbesar di Asia Pasifik.

Ternyata daerah Gayo ini juga memiliki banyak tempat wisata. Keindahannya tidak kalah dengan tempat wisata di daerah lainnya.

Baru-baru ini Pemerintah Kabupaten Bener Meriah menemukan objek wisata yang begitu indah dan eksotis di wilayah penghasil kopi Arabika Gayo itu.

Wisata baru itu bernama Lut Kucak yang berada di kampung Wak Pondok Sayur, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah. Lut Kucak ini diprediksi akan menjadi daya tarik baru bagi para wisatawan yang melancong ke dataran tinggi Gayo.

Menurut Kadisparpora Kabupaten Bener Meriah Irmansyah, SSTP, MSP, kawasan destinasi wisata baru Lot Kucak tersebut memiliki ketinggian di atas 2000 Meter Dari Permukaan Laut (MDPL) dengan view yang memanjakan para wisatawan yang datang nantinya.

"Wisata baru Lut Kucak yang ada di Kabupaten Bener Meriah ini nantinya akan menjadi 'magnet' baru bagi wilayah ini, dan wisata ini sangat mirip dengan telaga mardina di kaki gunung Lawu Jawa Tengah," kata Irmansyah di ruang kerjanya, Kamis (10/12/2020).

Objek wisata yang berada di kawasan hutan lindung ini mulai di bangun pemerintah daerah setempat telah mengantongi izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan juga KPH III-Aceh.

"Kawasan Lut Kucak ini akan menjadi kedaulatan bagi masyarakat yang tinggal di sana,"jelasnya.

Selain itu, kawasan Lut Kucak ini sendiri memiliki areal 813 hektare dengan luas kawah danau sekitar 8 hektare persegi. Dengan adanya upaya pemugaran di wilayah tersebut, pihak Pemda Bener Meriah sangat berharap perannya juga bisa mempersempit jalur lintas praktik illegal logging yang selama ini cukup meresahkan masyarakat.

"Kami di sini (Disparpora) hanya sebagai pintu gerbang bagaimana membuka peluang supaya Lut Kucak bisa berkembang sebagai salah satu distinasi wisata yang mampu diandalkan. Peran lintas dinas untuk pengembangan kawasan ini masih sangat diperlukan. Tentunya, semua harus dijalankan sesuai dengan ketentuan yang ada," ujarnya. 

Minggu, 17 Januari 2021

5 Lokasi untuk Bisa Bercengkerama dengan Satwa Liar Nusantara

 

Indonesia punya beragam satwa khas yang unik dan dilindungi agar tetap lestari sampai kapan pun. Suaka alam jadi salah satu tempat untuk melindungi satwa tersebut. Ternyata, beberapa di antaranya bisa dikunjungi.

Berikut ini 5 destinasi ekowisata di Indonesia yang mana pengunjung bisa berinteraksi dengan satwa dilindungi:

1.       Tangkahan, Sumatera Utara

Jika ingin berinteraksi dengan gajah sumatera yang merupakan spesies gajah terkecil dunia, di sinilah tempatnya. 

Seorang turis asing bermain dengan gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) di kawasan wisata Tangkahan, di Kecamatan Batang Serangan, Langkat. Saat ini, kawasan wisata di zona pemanfaatan TNGL sudah dibuka, seperti Bukit Lawang dan Tangkahan. Namun, untuk memasuki kawasan TNGL masih menunggu persetujuan dari Menteri LHK RI dan nantinya harus menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19.


Selain memandikan gajah di sungai, Anda pun bisa menyusuri aliran sungai dengan ban atau perahu. Lokasi ini makin populer setelah digunakan sebagai lokasi video musik Adu Rayu.


2.       Way Kambas, Lampung

Masih seputar tempat berinteraksi dengan para gajah, Taman Nasional Way Kambas juga merupakan wilayah konservasi gajah sumatera. 



Ilustrasi Gajah Sumatera.(Dok. HHWT) Selain naik gajah, Anda pun bisa menyusuri sungai dan safari malam dengan paket wisata yang ditawarkan. Bukan hanya gajah, burung-burung liar di sini pun menarik untuk diamati.

 

3.       Tanjung Puting, Kalimantan Timur

 

Beralih ke Pulau Kalimantan, di sinilah Anda bisa berinteraksi dengan para orangutan. Taman Nasional Tanjung Putting sendiri merupakan tempat konservasi beberapa fauna endemik Indonesia, termasuk orangutan dan bekantan. Selain bertemu oranguatan di Camp Leakey, Anda juga bisa menjelajahi Sungai Sekonyer yang sering dijuluki “Amazon-nya Indonesia”.

 

4.       Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur

 


 Saatnya bermain di air bersama para ubur-ubur di Pulau Kakaban. Selain Kakaban, gugus Derawan terdiri dari tiga pulau besar lain, yakni Sangalaki, Maratua, dan Derawan. Lihat Foto Berenang Bersama Penyu di Derawan(SHUTTERSTOCK )   Selain dapat menyaksikan ubur-ubur di danau Pulau Kakaban, Anda pun bisa menjumpai penyu sisik di pantainya.

 

5.       Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur

 


Hewan endemik purba ini hanya ada di Indonesia, tepatnya di beberapa pulau di dalam kawasan Taman Nasional Komodo. Lihat Foto Satwa endemik Komodo (Varanus komodoensis) di Pulau Rinca, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur,

 

Sumber Kompas.com 

Sabtu, 16 Januari 2021

Dikira Punah, Lebah Raksasa Ini Ternyata Masih Ada di Indonesia


Lebah raksasa Wallace (Megachile pluto) bukanlah lebah biasa. Ia punya panjang seukuran ibu jari, dengan tubuh empat kali lipat lebih besar dari lebah madu, dan rahang yang mirip seperti milik kumbang.


Meski tercatat sebagai lebah terbesar di dunia, lebah raksasa Wallace telah lama dikira punah oleh ilmuwan. Lebah asli Indonesia itu tak pernah terlihat dalam 38 tahun, sebelum pada akhirnya para ilmuwan menemukannya kembali pada Januari 2019.

“Sungguh menakjubkan melihat 'bulldog terbang' dari seekor serangga yang kami tidak yakin ada lagi,” kata Clay Bolt, seorang fotografer alam yang menemukan kembali lebah raksasa Wallace, dalam sebuah wawancara dengan The Guardian.

“Betapa indah dan besar spesies ini dalam kehidupan, untuk mendengar suara kepakan sayap raksasanya saat terbang melewati kepalaku, ini sungguh luar biasa.”

Bolt sebenarnya tidak sendirian kala menemukan lebah jumbo itu. Bersama dengan tim peneliti biologi dari Amerika Utara dan Australia, ia menemukan lebah raksasa Wallace betina yang hidup di dalam sarang rayap di pohon, sekitar dua meter di atas tanah.

Lebah raksasa Wallace sendiri mendapatkan namanya dari sang penemu, Alfred Russel Wallace. Penjelajah sekaligus ahli biologi asal Inggris itu, pertama kalau menemukan spesies lebah raksasa Wallace pada 1858 ketika mendatangi Pulau Bacan yang terletak di Kepulauan Maluku.

Ketika menemukan lebah tersebut, Wallace mendeskripsikannya sebagai "serangga besar seperti tawon hitam, dengan rahang yang sangat besar seperti kumbang rusa." Namun, setelah lebih dari satu abad Wallace menemukannya, tak ada lagi Megachile pluto yang dilaporkan.

Pada 1981, seorang peneliti serangga asal AS bernama Adam Messer, menemukan beberapa sarang Megachile pluto di Pulau Bacan dan pulau-pulau sekitarnya. Penemuan sarang ini begitu langka sampai penduduk setempat mengatakan bahwa mereka tak pernah melihat sarang semacam itu sebelumnya.

Sebenarnya, menurut laporan The Guardian, seorang ahli serangga telah mengumpulkan satu lebah raksasa Wallace pada tahun 1991. Namun, penemuannya tidak pernah dicatat dalam jurnal ilmiah. Selain itu, pada 2018, lebah raksasa Wallace yang telah mati diketahui terlihat di situs lelang online.

Setelah penemuan Messer, praktis tak ada lagi penemuan lebah raksasa Wallace yang dipublikasi secara ilmiah, hingga kemudian Bolt dan para peneliti gabungan menemukannya. "Kami tidak yakin bagaimana kami akan melakukannya," kata Bolt kepada Earther,. sebuah portal berita lingkungan.

Salah satu gambar pertama lebah raksasa Wallace yang masih hidup. Megachile pluto adalah lebah terbesar di dunia, yang berukuran sekitar 4 kali lebih besar dari lebah madu Eropa. Foto: Clay Bolt via Global Wildlife Conservation© Disediakan oleh Kumparan Salah satu gambar pertama lebah raksasa Wallace yang masih hidup. Megachile pluto adalah lebah terbesar di dunia, yang berukuran sekitar 4 kali lebih besar dari lebah madu Eropa. Foto: Clay Bolt via Global Wildlife Conservation

Hanya ada sedikit informasi lebah raksasa Wallace karena penampakannya yang langka. Jadi, para peneliti pun sulit menentukan daerah mana yang perlu mereka telusuri untuk mencarinya.

Penemuan lebah raksasa Wallace sendiri boleh dibilang untung-untungan. Setelah hampir seminggu tak mendapatkan jejak lebah raksasa Wallace, seorang pemandu lokal bernama Iswan menemukan gundukan rayap di dataran rendah, sekitar delapan kaki dari tanah.

“Dia kemudian menceritakan bahwa dia hampir tidak menyebutkannya kepada kami karena, seperti anggota tim lainnya, dia merasa lelah dan lapar,” cerita Bolt dalam situs web Global Wildlife Conservation.

“Namun, saya akan selamanya bersyukur bahwa dia melakukannya karena saat kami berlari menaiki tanggul menuju sarang, kami segera menyadari bahwa ada lubang di dalamnya, seperti banyak sarang lain yang pernah kami lihat, tetapi yang ini sedikit lebih sempurna. Itu sangat bulat, dan ukurannya hanya seperti yang digunakan lebah raksasa.”

© Disediakan oleh Kumparan

Ketika Iswan memanjat dan mengintip ke dalam lubang, dia mundur ketakutan, kenang Bolt. Iswan mengira dia melihat seekor ular bergerak di lubang tersebut. Ular merupakan hewan yang paling ditakuti Iswan.

Ketika para peneliti kemudian mengecek lubang tersebut, mereka tak mendapatkan adanya ular. Lebih baik daripada itu, mereka menemukan Megachile pluto yang mereka cari.

“Kami pada dasarnya panik setelah bertahun-tahun membuat perencanaan dan hampir putus asa,” kata Bolt.

“Sungguh momen yang luar biasa untuk menyadari bahwa kami datang sejauh ini, orang lain telah mencarinya, dan inilah kami: kotor dan berkeringat dan entah bagaimana kami menemukan serangga ini. Bagi saya, itu adalah momen rasa syukur dan kerendahan hati yang luar biasa bahwa saya menjadi bagian dari momen ini dan tim ini," ucap Bolt.

Lebah langka

Kelangkaan lebah raksasa Wallace diduga kuat disebabkan oleh penggundulan hutan besar-besaran untuk pertanian. Juga, karena badannya yang bongsor itu, mereka tampak langka bagi kolektor hingga mereka sering jadi target buruan.

Saat ini, tidak ada perlindungan hukum terkait perdagangan lebah raksasa Wallace. Oleh karena itu, menurut Robin Moore, seorang ahli biologi konservasi dari Global Wildlife Conservation, penting bagi para pelindung alam untuk membujuk pemerintah Indonesia sadar bahwa lebah raksasa Wallace adalah hewan langka dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi spesies itu dan habitatnya.

“Kami tahu bahwa menyebarkan berita tentang penemuan kembali ini bisa tampak seperti risiko besar mengingat permintaan, tetapi kenyataannya adalah bahwa kolektor yang tidak bermoral sudah tahu bahwa lebah itu ada di luar sana,” kata Moore, kepada The Guardian.

“Dengan menjadikan lebah sebagai andalan konservasi yang terkenal di dunia, kami yakin spesies tersebut memiliki masa depan yang lebih cerah daripada jika kami membiarkannya diam-diam dikumpulkan hingga terlupakan,” pungkasnya.

Sabtu, 18 Juli 2020

Indahnya Pantai Matras di Bangka, Bisa Berkemah sambil Bakar Ikan

Pantai Matras, Kabupaten Bangka, Sabtu (7/3/2020).© Disediakan oleh Kompas.com Pantai Matras, Kabupaten Bangka, Sabtu (7/3/2020).BANGKA, KOMPAS.com – Desiran ombak dan bentangan air biru Pantai Matras sudah menampakkan dirinya di sepanjang jalur kecil menuju ke Pantai Matras.
Sedikit tertutup oleh rimbunan pohon hijau nan asri dan perbukitan Kota Sungailiat, keelokan pantai mampu membuat orang memicingkan mata untuk melihat lebih dekat seindah apa alam yang ditawarkan.
Kompas.com berkesempatan untuk mengunjungi Pantai Matras pada Sabtu (7/3/2020) lalu. Pantai Matras merupakan salah satu pantai andalan Sungailiat, Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Sembari menunggu pembelian tiket seharga Rp 3.000 per orang usai, kami dimanjakan oleh bentangan air biru pantai tersebut.
Pantai Matras, Kabupaten Bangka, Sabtu (7/3/2020).© Disediakan oleh Kompas.com Pantai Matras, Kabupaten Bangka, Sabtu (7/3/2020).Eloknya tidak bisa dijabarkan melalui kata-kata. Kami pun terpana melihat keindahan depan mata. Birunya Pantai Matras tidak mengada-ngada.
Keindahan tersebut juga dilengkapi dengan lanskap tumpukan bebatuan yang disusun secara memanjang di sepinggir pantai untuk meneduhkan gelombang ombak.
Sementara di bibir pantai, kami melihat banyak sekali bebatuan besar di bawah pohon rindang yang membuatnya cocok dijadikan sebagai tempat berteduh sembari menikmati pemandangan.
Pantai Matras, Kabupaten Bangka, Jumat (6/3/2020).© Disediakan oleh Kompas.com Pantai Matras, Kabupaten Bangka, Jumat (6/3/2020).
Sesaat setelah kami menginjakkan kaki di area parkir kendaraan Pantai Matras, kami disambut dengan kicauan burung yang terlena di antara kencangnya desiran ombak yang menabrakkan diri ke bebatuan sekitar pantai.
“Di sini juga suka ada kemah di akhir tahun. Salah satu kebiasaan orang Bangka lainnya adalah ketika kami pergi ke pantai bersama keluarga, kami biasa memanggang ikan di sini,” tutur Staf Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Bangka, Harizchi Adha Ramawijaya, kepada Kompas.com.
Mendengar penjelasan tersebut, tidak heran jika masyarakat setempat senang memanggang ikan sembari menikmati Pantai Matras.
Terletak sekitar 300 meter dari tulisan “PANTAI MATRAS” berwarna merah terang, kami melihat sebuah bangunan kecil yang terbuat dari kayu.
Tempat pelelangan ikan segar di Pantai Matras, Kabupaten Bangka, Sabtu (7/3/2020).© Disediakan oleh Kompas.com Tempat pelelangan ikan segar di Pantai Matras, Kabupaten Bangka, Sabtu (7/3/2020).
Tepat di seberang bangunan tersebut juga terlihat beberapa kapal nelayan yang terombang-ambing dengan tenang. Inilah “Pondok Tempat Labuh Perahu Nelayan Matras”.
Sesampainya di sana, kami turut disambut oleh beberapa nelayan yang sedang beristirahat. Ada yang sedang merebahkan diri di atas tempat duduk kayu, ada yang sibuk wara-wiri membawa sekantong ikan.
Ini merupakan tempat pelelangan ikan segar hasil tangkapan lebih kurang 76 nelayan di Pantai Matras.
“Lelang ikan ada setiap hari mulai pukul 06:00 – 07:00 WIB. Ada ikan tirusan, ikan bawal, udang, cumi-cumi, hingga kepiting. Masyarakat bisa langsung beli ikan di sini dan dibakar,” kata seorang nelayan bernama Wanmadu.
Beberapa hasil tangkapan nelayan di Pantai Matras, Kabupaten Bangka, Sabtu (7/3/2020).© Disediakan oleh Kompas.com Beberapa hasil tangkapan nelayan di Pantai Matras, Kabupaten Bangka, Sabtu (7/3/2020).Kami cukup senang telah diberi kesempatan untuk berkunjung ke sana. Pantai Matras terletak di Jalan Pantai Matras, Sinar Baru, Sungailiat, Kabupaten Bangka.
Terletak tidak jauh dari pusat kota, kamu bisa menggunakan kendaraan pribadi atau ojek daring untuk berkunjung karena tidak ada transportasi umum menuju kawasan ini.
Pada masa pandemi seperti saat ini, pastikan saat berkunjung tetap melakukan protokol kesehatan pencegahan Covid-19, yaitu dengan mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, serta tidak bepergian jika demam atau suhu tubuh di atas 37,3 derajat Celsius.

Jumat, 17 Juli 2020

Telaga Sarangan di Magetan Ditutup karena Ada Warga Positif Covid-19

Jelang bulan Ramadhan ribuan warga Magetan memadati telaga Sarangan menikmati libur akhir pkan sebelum melaksanakan ibadah puasa.© Disediakan oleh Kompas.com Jelang bulan Ramadhan ribuan warga Magetan memadati telaga Sarangan menikmati libur akhir pkan sebelum melaksanakan ibadah puasa.KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Magetan, Jawa Timur menutup kembali tempat wisata Telaga Sarangan guna mencegah penularan virus Corona (Covid-19).
Dikutip dari Antara, tempat wisata tersebut sempat dibuka kembali pada 22 Juni 2020.
"Mulai hari Jumat tanggal 10 Juli 2020, kawasan wisata Telaga Sarangan ditutup kembali untuk umum. Hal itu menyusul adanya satu warga di Kelurahan Sarangan yang dinyatakan positif Covid-19," ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Magetan Venly Tomi Nicholas di Magetan, Senin (13/7/2020).
Menurut dia, penutupan kawasan Telaga Sarangan tersebut dilakukan setelah ada rekomendasi tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (TGPP) Covid-19.
Langkah cepat itu dilakukan pemerintah untuk memastikan penyebaran Covid-19 di kawasan tersebut bisa diputus dan dikendalikan.
Selain itu, penutupan sementara tersebut juga untuk mengantisipasi agar Sarangan tidak menjadi klaster baru penyebaran COVID-19 di Kabupaten Magetan.
Untuk itu, pihaknya berharap para pelaku wisata di kawasan Telaga Sarangan bisa lebih bersabar hingga menunggu hasil pelacakan dan pengumumnan lebih lanjut dari tim GTPP setempat.
"Semoga segera ada perkembangan baik agar Sarangan bisa dibuka kembali. Untuk itu perlu kerja sama semua pihak," kata Venly.
Ia menambahkan bahwa penutupan kawasan Telaga Sarangan tersebut diperkirakan sampai selesainya tim Gugus tugas melaksanakan pelacakan dengan mempertimbangkan masa inkubasi penularan Covid-19.

Simak, Protokol Kesehatan di Pintu Masuk Hotel

Parador Hotels & Resorts menerapkan protokol kesehatan di unit hotelnya.
© Disediakan oleh Kompas.com Parador Hotels & Resorts menerapkan protokol kesehatan di unit hotelnya.

KOMPAS.com
 - Protokol kesehatan merupakan bagian penting saat pandemi Covid-19. Salah satu yang jenis usaha wajib menerapkannya adalah hotel.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI membuat handbook panduan pelaksanaan kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian di lingkungan hotel.
Dalam handbook tersebut, baik pengelola dan tamu, diberikan panduan yang didasarkan protokol kesehatan Covid-19. Salah satu panduan tertera adalah saat di pintu masuk area hotel.
"Ketentuan yang termuat dalam panduan ini mengacu pada protokol dan panduan yang telah ditetapkan Pemerintah Indonesia, World Health Organization (WHO), dan World Travel & Tourism Council (WTTC) dalam rangka pencegahan dan penanganan Covid-19," kata Menparekraf RI dalam buku panduan.
Berikut panduan protokol kesehatan Covid-19 di pintu masuk area hotel bagi pengelola, tamu dan karyawan yang Kompas.com rangkum:
Pengelola
  • Sediakan aturan pengelolaan arus lalu lintas dan kerumunan di area parkir
  • Barang publik di pintu masuk area hotel dibersihkan dengan disinfektan/cairan pembersih lain yang aman dan sesuai secara berkala minimal 3 (tiga) kali sehari
  • Sediakan sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)/hand sanitizer dalam jumlah cukup
  • Sediakan area dan peralatan pemeriksaan suhu tubuh dan kondisi kesehatan tamu dan karyawan 
  • Sediakan area dan peralatan untuk membersihkan barang tamu dan karyawan dengan disinfektan/ cairan pembersih lain yang aman dan sesuai
  • Antrean untuk masuk ke area lobby diatur dengan jarak aman sedikitnya 1 (satu) meter, diberi tanda khusus yang mudah dilihat, atau melakukan rekayasa teknis seperti pemasangan partisi dan/atau pengaturan alur masuk tamu
  • Pasang peta lokasi jalur evakuasi dan titik kumpul
  • Letakkan alat pemadam kebakaran pada lokasi yang mudah dijangkau, lengkapi dengan petunjuk cara menggunakannya
  • Disarankan untuk menyediakan area khusus/ruang tunggu bagi pengemudi dilengkapi fasilitas cuci tangan/hand sanitizer dan tisu, memperhatikan jarak aman minimal 1 (satu) meter
Dafam Hotels menerapkan protokol kesehatan Covid-19
© Disediakan oleh Kompas.com Dafam Hotels menerapkan protokol kesehatan Covid-19Saat di pintu masuk tamu:
Tamu
  • Tamu memarkirkan kendaraan sesuai dengan petunjuk dan aturan yang ada
  • Dalam antrean di pintu masuk, tamu menjaga jarak dengan orang lain minimal
    1 (satu) meter atau melakukan rekayasa teknis seperti pemasangan partisi dan/atau pengaturan alur masuk tamu
Karyawan
  • Menyarankan tamu untuk melakukan pembayaran secara nontunai
  • Melakukan pengukuran suhu tubuh di pintu masuk tamu
  • Apabila ditemukan suhu ≥ 37,3ºC (2 kali pemeriksaan dengan jarak 5 menit), tidak diperkenankan masuk kecuali memiliki hasil pemeriksaan negatif/nonreaktif Covid-19 yang masih berlaku
  • Mengatur arus lalu lintas dan memastikan tidak ada kerumunan di area parkir, sesuai prosedur yang ada
  • Membersihkan barang milik tamu dengan cara yang aman, menggunakan disinfektan/cairan pembersih lain yang aman dan sesuai, sebelum dibawa masuk
  • Mengingatkan tamu jika tidak mematuhi protokol kesehatan
Saat di pintu masuk karyawan:
  • Memarkirkan kendaraan sesuai dengan petunjuk dan aturan yang ada
  • Selalu cuci tangan dengan sabun/menggunakan hand sanitizer
  • Dalam antrean di pintu masuk, karyawan menjaga jarak dengan orang lain minimal 1 (satu) meter atau melakukan rekayasa teknis seperti pemasangan partisi dan/atau pengaturan alur masuk karyawan
  • Melakukan pengukuran suhu tubuh di pintu masuk karyawan. Apabila ditemukan suhu ≥ 37,3ºC (2 kali pemeriksaan dengan jarak 5 menit), tidak diperkenankan masuk kecuali memiliki hasil pemeriksaan negatif/nonreaktif Covid-19 yang masih berlaku
  • Membersihkan barang milik karyawan dengan cara yang aman, menggunakan disinfektan/cairan pembersih lain yang aman dan sesuai, sebelum dibawa masuk
  • Karyawan melakukan absensi
  • Mengingatkan karyawan jika tidak mematuhi protokol kesehatan.

Kamis, 16 Juli 2020

Alas Harum Bali, Wisata Hits Ayunan Ekstrem di Tengah Sawah

Alas Harum Agrotourism di Tegallalang, Bali.© Disediakan oleh Kompas.com Alas Harum Agrotourism di Tegallalang, Bali.KOMPAS.com – Tegallalang terkenal dengan undakan sawahnya yang kerap dijadikan sebagai spot berfoto wisatawan saat berkunjung ke Kabupaten Gianyar, Bali.
Namun, di sana juga terdapat satu tempat wisata di tengah sawah yang menawarkan berbagai aktivitas menarik, yakni Alas Harum Agrotourism.
Berdasarkan keterangan dalam situs resminya, Selasa (14/7/2020), tempat wisata tersebut memiliki enam spot berfoto unik.
Wisatawan juga bisa bermain sepeda atau ayunan ekstrim, dan membeli kopi luwak di Alas Harum Store.
Adapun spot berfoto yang dimaksud adalah Dancing Bridge, Bird Nest, Pekak Brayut, Gorila, Glass Flooring, dan Education Temple.
Untuk Dancing Bridge, Alas Harum Agrotourism menawarkan pengalaman berfoto di atas sebuah jembatan berayun.
Selain berfoto, tempat tersebut bisa digunakan untuk melihat pemandangan sawah terasering khas Tegallalang, serta aliran sungai di bawah.
Alas Harum Agrotourism di Tegallalang, Bali.
© Disediakan oleh Kompas.com Alas Harum Agrotourism di Tegallalang, Bali.
Sementara Bird Nest, wisatawan bisa berfoto dalam sebuah bundaran berbentuk sarang burung yang terbuat dari susunan ranting. Wisatawan tidak perlu khawatir jatuh karena di bawahnya terdapat jaring.
Untuk Pekek Brayut dan Gorila, kedua tempat tersebut menawarkan tempat swafoto dengan ukiran batu berbentuk unik. Keduanya terletak saling berdekatan.
Namun untuk Pekek Brayut, wisatawan bisa berfoto di beberapa undakan unik. Ada juga ukiran batu berlumut yang membentuk beberapa manusia.
Sementara Gorila, wisatawan bisa berfoto dengan sebuah ukiran batu berlumut yang dibentuk menyerupai wajah gorila.
Salah satu yang mungkin jarang ditemukan di beberapa tempat wisata adalah atraksi lantai kaca. Di Alas Harum Agrotourism, wisatawan bisa berfoto di sana sembari melihat pemandangan sawah terasering.

Alas Harum Agrotourism di Tegallalang, Bali.© Disediakan oleh Kompas.com Alas Harum Agrotourism di Tegallalang, Bali.
Namun, jika kamu takut akan ketinggian, sebaiknya tidak menunduk saat berfoto di Glass Flooring.
Jika ingin foto di sebuah pura yang terletak di tengah air, wisatawan bisa langsung menuju Education Temple. Selain foto di pura, kamu juga bisa foto di beberapa undakan jalur yang mengarah ke pura.
Kegiatan menantang
Apabila ingin merasakan sensasi wisata yang mungkin sedikit menegangkan, kamu bisa coba menaiki beberapa ayunan yang telah disediakan.
Setiap ayunan memiliki tingkat Extreme dan Super Extreme. Masing-masing memiliki ketinggian mencapai 15 meter dan 25 meter dari tanah.
Sembari menaiki ayunan tersebut, kamu juga bisa melihat pemandangan. Kamu juga bisa pilih apakah ingin naik ayunan sendiri atau bersama pasangan di ayunan yang memiliki tinggi 20 meter.
Alas Harum Agrotourism di Tegallalang, Bali.© Disediakan oleh Kompas.com Alas Harum Agrotourism di Tegallalang, Bali.Harga yang ditawarkan untuk menaiki ayunan beragam yakni sebagai berikut:
Regular
  1. Extreme Rp 150.000.
  2. Super Extreme Rp 200.000.
  3. Couple Rp 300.000.
Express, tidak ada antrean
  1. Extreme Rp 250.000.
  2. Super Extreme Rp 300.000.
  3. Couple Rp 450.000.
Jika ingin menaiki dua ayunan sendiri dan satu bersama pasangan, kamu bisa beli Package Swing seharga Rp 250.000.
Alas Harum Agrotourism sudah buka sejak 25 Juni 2020. Saat ini, mereka menawarkan harga tiket masuk Rp 10.000 hingga akhir Juli 2020. Tempat wisata terletak di Jalan Raya Tegallalang.
Pada masa pandemi seperti saat ini, pastikan saat berkunjung tetap melakukan protokol kesehatan pencegahan Covid-19, yaitu dengan mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, serta tidak bepergian jika demam atau suhu tubuh di atas 37,5 derajat Celsius.
Perlu dicatat, jika ingin berkunjung, taati protokol kesehatan dengan memakai masker, jaga jarak minimal satu meter, gunakan hand sanitizer dan rajin mencuci tangan.
Kemudian pastikan suhu tubuh normal di bawah 37,3 derajat celcius.

3 Kopi Papua Paling Diburu di Mancanegara

foto© Disediakan oleh Tempo.co foto
TEMPO.COJakarta - Kunci kekhasan dan kenikmatan kopi Papua, karena pohonnya ditanam pada ketinggian 1.400 – 2.700 mdpl di pegunungan tengah Papua. Biji-biji kopi itu pertama kali diperkenalkan oleh para misionaris dan pemerintah Belanda.
“Kopi di Lembah Baliem, Wamena pertama kali diperkenalkan oleh dinas pertanian Belanda atau Departement Landbouw op Nederlandscg Niew-Guinea pada tahun 1960,” ujar Hari Suroto peneliti Peneliti Balai Arkeologi Papua.
Kepala dinas pertanian pada waktu itu van der Sluis sengaja memilih bibit kopi arabika terbaik dan berkualitas tinggi, yang didatangkan langsung dari Papua Nugini. Kopi ini dikenal dengan kopi Jamaica Blue Mountain, yang tanaman indukannya berasal dari Jamaika. Di Lembah Baliem, kopi ini pertama kali ditanam di Kurima dan Bokondini.
Persoalannya, kopi-kopi itu ditanam di wilayah yang terpencil. Alhasil, pengangkutannya saat panen menjadi sangat mahal. Bahkan harus menggunakan helikopter. Salah satunya kopi Amungme, karena hasil panennya harus diangkut dengan helikopter, dengan sewa US$3.000 per satu jam, membuat kopi Amungme menjadi mahal di pasaran. Berikut kopi-kopi Papua yang disukai di dalam negeri hingga mancanegara.
© Disediakan oleh Tempo.coWarga menyeduh kopi arabika dari Pegunungan Bintang. Warga di kabupaten itu mengolah kopi dengan cara tradisional agar kualitas dan aroma kopi tetap terjaga. Dok. Hari Suroto
Kopi Amungme
Kopi Amungme diproduksi di Kabupaten Timika, Papua. Sesuai namanya, kopi ini dibudidayakan oleh suku Amungme di dekat tambang Tembagapura. Awalnya bibit kopi arabika typica dibawa dari Dogiyai dan selanjutnya dibudidayakan oleh petani suku Amungme.
Kopi Amungme ditanam di ketinggian 2.500 mdpl di sejumlah kampung yaitu Kampung Oroanop, Tsinga, Hoya, dan Banti. Saat ini sudah lebih 19 ribu hektare lahan di dekat tambang Tembagapura ditanami kopi Amungme dengan sistem tumpang sari. Jumlah pohon kopi yang telah ditanam mencapai 13.603 pohon dengan produksi rata-rata 606 kg atau 0,6 ton biji kopi (parchment) per tahun.
Pohon kopi Amungme dipupuk secara alami dengan tanaman bernitrogen serta material kompos dan multus hutan. Petani suku Amungme melakukan semua proses pengolahan kopi secara manual mulai dari panen hingga pengeringan. Setelah itu, proses pengorengan dan penggilingan akan dilakukan secara modern di Timika.
Jenis tanah berlogam mulia emas, iklim dan ketinggian wilayah Tembagapura menjadikan kopi Amungme beraroma khas. Kopi Amungme strukturnya full-body, sedikit asam rasanya, beraroma manis yang sangat khas dan kuat serta memiliki after taste (rasa yang tertinggal) berupa rasa moka.
Untuk membeli kopi Amungme siap konsumsi, konsumen bisa langsung datang ke unit pengolahan kopi Amungme di Timika. Selain itu, kopi ini juga tersedia di supermarket Kuala Kencana atau Tembagapura yang tidak jauh dari kompleks Freeport. Kopi Amungme juga diekspor ke Eropa, Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat.
Kopi Pegunungan Bintang
Pegunungan Bintang, Papua, memiliki kopi arabika spesial. Pada umumnya kopi arabika di Indonesia ditanam pada ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Di Pegunungan Bintang, kopi ditanam pada ketinggian 1800 hingga 2000 mdpl.
© Disediakan oleh Tempo.coPenyajian Kopi Koteka khas Oksibil Papua ala V60 di Alenia Papua Coffee and Kitchen Kemang, Jakarta Selatan. TEMPO | Francisca Christy Rosana
Pada ketinggian ini, udara sangat dingin dengan suhu 18 - 23 celcius. Suhu udara yang dingin, berkabut dan intensitas cahaya matahari yang kurang membuat buah kopi matang lebih lama di pohon. Inilah yang menjadikan kopi arabika Pegunungan Bintang berbeda dan berkualitas sempurna. Proses pematangan buah yang lama menjadikan zat gizi menumpuk dan rasa kopi cenderung lebih asam.
Kopi arabika mulai ditanam tahun 1970-an, benih kopi arabika typica didatangkan langsung dari Dogiyai dengan pesawat kecil oleh misionaris Belanda. Kopi arabika Pegunungan Bintang ditanam di Lopkop, Sabin, Distrik Okbab. Andaka, Distrik Okbibab serta Nangultil, Distrik Kiwirok.
Selain ditanam secara organik, biji kopi dipanen secara manual, hasil panen juga diproses secara manual dengan tangan manusia bukan mesin. Panasnya mesin pengolah kopi diduga dapat menurunkan kualitas kopi. Kopi Pegunungan Bintang memiliki rasa khas yaitu citrus, berry, jeruk, fruitysweet chocolate, sugar cane dan peach.
Selain dipasarkan di Sentani dan Kota Jayapura, kopi Pegunungan Bintang juga diminati oleh konsumen Australia, Selandia Baru, Belanda dan Amerika.
Kopi Moanemani
Kabupaten Dogiyai, Papua dikenal sebagai penghasil kopi arabika terbaik di Indonesia. Kopi dari Dogiyai lebih dikenal dengan nama kopi Moanemani.
Moanemani merupakan jenis kopi arabika yang ditanam secara organik oleh petani tradisional suku Mee, di Distrik Mapia, Kabupaten Dogiyai, Papua. Kopi ini sangat terkenal bagi penikmat kopi di Eropa dan Amerika. Kopi Moanemani ditanam oleh petani Suku Mee di kebun dekat hutan, lereng bukit maupun pekarangan rumah mereka.
Kopi ini pada awalnya diperkenalkan oleh misionaris pada tahun 1960-an. Pada waktu itu, pesawat kecil setelah drop logistik di pedalaman, ketika kembali ke Kota Nabire, kondisi pesawat dalam keadaan kosong.
Para misionaris dan pilot berpikir komoditas jenis apa yang bernilai tinggi yang bisa untuk mengisi pesawat yang kosong dan komoditas ini bisa mensejahterakan penduduk pedalaman. Maka sejak saat itulah, mulai dilakukan penanaman kopi. Karena Dogiyai terletak di ketinggian 1.000 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut, maka kopi jenis arabika yang dipilih.
© Disediakan oleh Tempo.coSuku Mee menamam kopi jenis arabika yang disebut kopi moanemani yang ditanam di ketinggian 1.000-2.000 mdpl. Indukan kopi moanemani berasal dari Papua Nugini, yang asalanya dari kopi Jamaika Blue Mountains. Foto: Heru Sutoro
Dalam sejarahnya, kopi arabika yang ditanam di Dogiyai, bibitnya didatangkan dari Papua Nugini. Sedangkan kopi Papua Nugini sendiri, bibitnya didatangkan langsung dari Kingston, Jamaika. Sehingga kualitasnya tidak jauh beda dengan kopi Jamaica Blue Mountains, jenis kopi arabika premium terbaik di dunia.