Kamis, 23 Mei 2019

Ruas Tol Kayu Agung-Palembang Belum Tuntas

Sejumlah pekerja tengah membagun ruas jalan tol dari Kayu Agung-Palembang, Kamis (16/5/2019). Dari 33 km ruas tol ini, empat kilometer diantaranya masih berupa tanah merah. Pengerjaan ini ditargetkan rampung pada H-10 Lebaran dan dapat digunakan sebagai jalur fungsional dari Lampung menuju Palembang.


KOMPAS—Di beberapa titik, pembangunan jalan di ruas tol Kayu Agung-Palembang masih belum tuntas. Jalur tersebut masih berupa tanah merah dan kerikil. PT Waskita Karya sebagai kontraktor akan mempercepat pengerjaan untuk melapisi jalan dengan agregat tak berdebu. Jalur ini ditargetkan dapat difungsikan pada 10 hari sebelum Lebaran.
Pengerjaan  jalan ruas tol Kayu Agung-Palembang, Kamis (16/5/2019), masih terus berlangsung. Sejumlah kendaraan berat berlalu-lalang mengangkut material dan membangun jalan.
Pada Kamis (16/5/2019), dari sekitar 33 km tersebut, ada sekitar 4 kilometer jalan yang masih tanah merah dan sulit dilalui. Jalur tersebut terletak di  STA-13 sampai STA 17.
Akibatnya, kendaraan harus memilih jalan agar tidak terperosok karena tanah masih lunak. Beberapa kali, Kompas salah mengambil jalur, karena belum adanya rambu. Tidak hanya itu, jembatan yang menjadi akses keluar dari tol menuju gerbang tol Kayu Agung, juga belum selesai.
Walau demikian, sejumlah proses pengerjaan terus berlangsung. Di tengah terik matahari, pekerja membenahi jalan. Mereka melapisi tanah dengan batu kerikil dan juga pengerjaan pembangunan jembatan dan gorong-gorong.
Manager Proyek Tol Kapal Betung Aditya Wicaksono saat dihubungi, Kamis (16/5/2019) mengakui masih ada jalan yang masih terus dibangun. Jalan yang masih tanah merah akan dipadatkan dan dilapisi dengan agregat sehingga lebih mudah untuk dilalui. “Nantinya jalan juga akan dilapisi dengan aspal sebagai perekat sehingga saat dilintasi, jalan tidak akan berdebu,” katanya.
Nantinya jalan juga akan dilapisi dengan aspal sebagai perekat sehingga saat dilintasi, jalan tidak akan berdebu
Adapun untuk jembatan akses tol, Aditya menargetkan dalam waktu tiga hari ke depan, jembatan tersebut dapat terselesaikan dan dapat dilalui.
Di tahap akhir, akan dipasang sejumlah rambu yang digunakan pengendara untuk melewati jalan tersebut. Hanya saja, lanjut Aditya, tidak ada penerangan jalan. Karena itu, jalan fungsional hanya akan dibuka pada pagi hingga sore hari.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Sejumlah pekerja tengah membagun ruas jalan tol dari Kayu Agung-Palembang, Kamis (16/5/2019). Dari 33 km ruas tol ini, empat kilometer diantaranya masih berupa tanah merah. Pengerjaan ini ditargetkan rampung pada H-10 Lebaran dan dapat digunakan sebagai jalur fungsional dari Lampung menuju Palembang.
Rencananya, jalan fungsional akan dibuka satu jalur. “Sebagian besar, jalan yang akan dibuka adalah di sebelah kiri arah Lampung menuju Palembang,” katanya. Namun, di beberapa ruas, pengendara akan diarahkan ke jalur sebelahnya.
Aditnya mengatakan, pembukaan tol fungsional ini dilakukan untuk menyediakan jalur alternatif bagi masyarakat. Secara keseluruhan progres pembangunan jalur tol Kayu Agung-Palembang sekitar 75 persen dan di ditargetkan baru akan rampung pada September 2019.
Akses keluar tol rawan
Adapun untuk akses keluar tol, hanya akan diberlakukan di kawasan Kayu Agung dan Palembang tepatnya di Kawasan Jakabaring, sementara akses keluar di Jejawi tidak akan difungsikan.
Pantauan Kompas, jalur akses keluar tol di kedua jalur tersebut memiliki lebar sekitar delapan meter. Namun, saat tiba di jalan lintas sumatera, jalan menyempit menjadi enam meter.
Adapun akses jalan masuk menuju tol sebagian besar masih tanah dan berdebu. Hal serupa juga terjadi di pintu keluar kayu agung yang juga sebagian besar masih tanah dan jalan agregat.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Sejumlah pekerja tengah membagun ruas jalan tol dari Kayu Agung-Palembang, Kamis (16/5/2019). Dari 33 km ruas tol ini, empat kilometer diantaranya masih berupa tanah merah. Pengerjaan ini ditargetkan rampung pada H-10 Lebaran dan dapat digunakan sebagai jalur fungsional dari Lampung menuju Palembang.
Aditya menegaskan, pihaknya akan terus melakukan pembangunan jalan sehingga dapat dilalui dengan nyaman. “Saya menargetkan pada H-10 Lebaran, semua pengerjaan jalan fungsional bisa rampung,” kata Aditya.
Saya menargetkan pada H-10 Lebaran, semua pengerjaan jalan fungsional bisa rampung
Tenaga Ahli Utama Pengendalian Pembangunan Monitoring dan Evaluasi Program Prioritas Nasional Bidang Infrastruktur Kantor Staf Presiden Febry Calvin Tetelepta saat memantau kesiapan tol Trans Sumatera Selasa (14/5/2019),  memprediksi  minat pemudik dari Jawa ke Sumatera menggunakan tol Trans Sumatera sangat tinggi. Sebab, ini kali pertama tol di Sumatera digunakan. Terlebih pada saat yang sama harga tiket pesawat melonjak sehingga banyak yang mudik melalui darat.
Panjang tol dari Lampung ke Palembang 363 kilometer.  Tol Sumatera yang sudah diresmikan operasional dari Bakauheni Lampung Selatan – Terbanggi Besar Lampung Tengah 140,7 km. Sementara dari Terbanggi Besar ke Pematang Panggang, Kabupaten Mesuji, panjangnya 112 km dan ruas Pematang Panggang ke Kayu Agung sepanjang 77 km dianggap fungsional.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Sejumlah pekerja tengah membagun ruas jalan tol dari Kayu Agung-Palembang, Kamis (16/5/2019). Dari 33 km ruas tol ini, empat kilometer diantaranya masih berupa tanah merah. Pengerjaan ini ditargetkan rampung pada H-10 Lebaran dan dapat digunakan sebagai jalur fungsional dari Lampung menuju Palembang.
“Bakal ramai pemudik yang gunakan tol Trans Sumatera. Walaupun belum sepenuhnya rampung, namun sudah bisa digunakan,” kata Febry.
Tol Trans Sumatera belum memiliki rest area yang permanen. Namun, dari Bakauheni sampai ke Pematang Panggang disiapkan rest areadarurat. Di rest area darurat itu disediakan fasilitas ruang salat, kantin, toilet, dan pengisian bahan bakar. Selain rest area darurat yang disiapkan pemerintah, terdapat juga warung-warung makan darurat milik warga.
Siap Digunakan
Sebelumnya, Kakorlantas Polri Inspektur Jenderal Refdi Andri menjelaskan, tol fungsional diperkirakan akan dibuka pada 29 Mei 2019 atau bersamaan dengan dimulainya operasi ketupat 2019. Namun pihaknya masih akan memantau perkembangan pengerjaan di ruas tol yang akan difungsikan.
“Kalau bisa digunakan akan kita gunakan, tetapi kalau belum siap, ya tidak kita gunakan. Yang pasti pada 10 hari sebelum hari raya, semua pengerjaan harus sudah selesai,” katanya.
Refdi menerangkan, berdasarkan pemeriksaan, jalur Bakauheni- Pematang Panggang sudah bisa dilalui dengan lancar. Hanya saja, jalur dari Pematang Panggang-Kayu Agung, masih perlu pembenahan. “Penyelenggara jalan tentu akan melakukan percepatan pengerjaan agar jalur ini dapat difungsikan,” ungkapnya.
Hal yang utama adalah keberadaan rest area yang harus sesuai dengan standar minimum. Selain itu, perlu ada peningkatan jaringan sinyal karena di beberapa titik jaringan komunikasi masih sulit di dapat. “Kami akan berkoordinasi dengan pihak provider untuk menyediakan jaringan di titik tersebut,” katanya.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Sejumlah pekerja tengah membagun ruas jalan tol dari Kayu Agung-Palembang, Kamis (16/5/2019). Dari 33 km ruas tol ini, empat kilometer diantaranya masih berupa tanah merah. Pengerjaan ini ditargetkan rampung pada H-10 Lebaran dan dapat digunakan sebagai jalur fungsional dari Lampung menuju Palembang.
Refdi menerangkan, berkaca pada arus angkutan lebaran tahun sebelumnya, kemungkinan puncak arus mudik akan terjadi pada H-2 lebaran dan H+1. Untuk itu, akan ada perlakuan khusus agar tidak terjadi kemacetan terutama saat pengalihan dari jalur tol ke non tol atau sebaliknya.
Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Selatan Inspektur Jenderal Zulkarnain Adinegara mengatakan pihaknya sudah menyiapkan 2.000 personel dalam operasi ketupat. Salah satunya adalah untuk mengamankan titik rawan. “Tim sniper pun disiapkan. Hal ini untuk mengantisipasi sejumlah bentuk kejahatan seperti begal dan bajing loncat,” katanya. (AIN/IRE)



Warga Blang Bintang Siap Tempuh Jalur Hukum

Lokasi pembangunan Jalan Tol Aceh-Sumatera Utara dimulai dari Blang Bintang, Aceh Besar-Sigli. Saat ini, lokasi pembangunan sudah ditentukan, seperti terlihat pada Senin (3/9/2018). Namun, pembebasan lahan terhambat karena sejumlah warga menolak nilai ganti rugi yang ditentukan panitia pembebasan lahan.

KOMPAS — Sebagian besar warga di Kecamatan Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, belum mau melepaskan tanahnya untuk jalan tol dengan harga yang ditawarkan panitia pembebasan lahan. Warga akan menempuh jalur hukum dengan melayangkan gugatan ke pengadilan.
Pengacara dari Lembaga Bantuan Hukum(LBH) Banda Aceh, Syahrul, pemegang kuasa warga penggugat, Senin (24/9/2018), mengatakan, jalur hukum menjadi jalan terakhir setelah beberapa kali musyawarah tidak mencapai titik temu. Ia berharap warga menang di pengadilan sehingga ada peluang menegosiasi ulang.
Pembangunan Jalan Tol Banda Aceh–Sigli dimulai dari Blang Bintang, Aceh Besar, hingga Padang Tiji, Pidie. Jalan tol itu bagian tol Sumatera, dari Banda Aceh hingga Sumatera Utara. Saat ini tahapannya masuk pada pembebasan lahan.
Syahrul mengatakan, saat ini sudah ada 40 warga yang menyerahkan surat kuasa dan dokumen pendukung untuk menyusun berkas gugatan. Sisa sekitar 40 orang lagi akan menyerahkan kuasa dalam beberapa hari ke depan.
”Batas pengajuan gugatan ke pengadilan pada 4 Oktober 2018, saat ini kami sedang menyiapkan berkas,” kata Syahrul.
Aspirasi diabaikan
Menurut Syahrul, warga harus menempuh jalur hukum karena aspirasi mereka tidak direspons panitia dan pemerintah daerah. Syahrul menyatakan, pemerintah membiarkan warga berjuang sendiri.
”Padahal, mereka adalah rakyat, pemerintah daerah seharusnya berjuang bersama rakyat,” kata Syahrul.
Warga tidak mau melepaskan lahannya karena menganggap harga yang ditawarkan panitia jauh di bawah harga jual beli yang berlaku. Sebagai contoh, pada 2010, warga menjual lahan untuk pembangunan SMK Penerbangan seharga Rp 72.000 per meter persegi.
Pada 2013 warga menjual lahan kepada Pemprov Aceh yang kemudian dihibahkan untuk TNI AU seharga Rp 130.000 per m2. Namun, panitia menilai lahan yang bersisian dengan lahan yang dibeli SMK Penerbangan dan Pemprov Aceh lebih rendah, yakni Rp 40.000-Rp 80.000
”Seharusnya pada tahun 2018 harga tanah semakin naik, bukan turun,” kata Syahrul.
Ganti rugi yang ditetapkan tim penilai bervariasi, Rp 30.000-Rp 265.000 per m2. Harga tergantung letak lahan dan tingkat produktivitas. Untuk penggarap lahan negara, kawasan hutan diberikan ganti rugi Rp 12.000 per m2.
Syahrul menambahkan, bukti jual beli lahan yang dilakukan warga akan dilampirkan sebagai bahan kajian bagi majelis hakim. Dengan harga yang ditawarkan panitia, warga tidak dapat membeli lahan dengan luas yang sama di tempat lain. Padahal, lahan itu sumber kehidupan mereka.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Pembangunan jalan tol di Sumatera mendukung rancangan pembangunan Jalan Tol Trans-Sumatera yang membujur mulai dari Aceh hingga Lampung sepanjang 2.771 kilometer yang dibagi menjadi 23 ruas. Menurut rencana, pembangunannya dilakukan secara bertahap hingga 2025.
Jalan Tol Trans-Sumatera di Aceh direncanakan dibangun dalam empat tahapan. Tahap pertama dari Aceh Besar sampai Pidie (Banda Aceh-Sigli) sejauh 75 km, tahap kedua dari Pidie sampai Lhokseumawe 135 km, tahap ketiga dari Lhokseumawe sampai Langsa 135 km, dan terakhir dari Langsa hingga Binjai, Sumatera Utara, 110 km.
Pejabat pembuat komitmen Jalan Tol Sigli-Banda Aceh, Alfisyah, mengatakan, di Kecamatan Blang Bintang, dari 130 bidang tanah yang harus dibebaskan sebanyak 25 bidang atau warga telah setuju dengan harga yang ditawarkan panitia, sedangkan sisanya 105 bidang menolak.
Alfisyah mengatakan, langkah yang ditempuh warga dengan menggugat ke pengadilan sudah tepat. Pihaknya akan mengikuti apa pun keputusan pengadilan. ”Penilaian dilakukan dengan sangat hati-hati dan teliti jika warga belum sepakat masih ada jalur hukum yang bisa ditempuh,” kata Alfisyah.
Juru Bicara Pemprov Aceh Wiratmadinata mengatakan, pemerintah telah memfasilitasi penyelesaian polemik penentuan harga lahan antara warga dan panitia. Banyak warga yang setuju dengan harga dari panitia.
”Soal ganti rugi yang dianggap murah, kami kira itu subyektif karena perhitungan harga itu memiliki rumus dan teknik sendiri menurut perundang-undangan. Menurut Pemprov Aceh, harga sudah proporsional,” katanya.

Senin, 20 Mei 2019

Aplikasi Pencarian Lokasi Wisata Danau Toba dan sekitarnya


 https://play.google.com/store/apps/details?id=www.tobaconnect.com



https://play.google.com/store/apps/details?id=www.tobaconnect.com



https://play.google.com/store/apps/details?id=www.tobaconnect.com


https://play.google.com/store/apps/details?id=www.tobaconnect.com


https://play.google.com/store/apps/details?id=www.tobaconnect.com


https://play.google.com/store/apps/details?id=www.tobaconnect.com













Hutan Lindung di Lampung dan Jambi Dijarah Sindikat

Polisi kehutanan dari Kesatuan Pengelolaan Hutan Batutegi, Kabupaten Tanggamus, Lampung, dibantu aparat dari Kepolisian Sektor Pulau Panggung dan anggota TNI dari Koramil 424-08 Pulau Panggung menyita 44 batang kayu hasil pembalakan liar dari dalam kawasan Register 39, kawasan hutan lindung Batutegi, Senin (28/1/2019). Sebanyak 50 batang kayu yang ditemukan pada Senin dini hari hilang sebelum diamankan petugas.


KOMPAS— Pembalakan liar di kawasan hutan lindung di Provinsi Lampung masih marak. Para pelaku mengincar kayu sonokeling. Selain terorganisasi, jaringan pelaku juga sampai ke para petugas hukum.
Kamis (9/5/2019), tim gabungan dari Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Kota Agung Utara serta Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera menyita 70 balok kayu sonokeling yang diduga hasil pembalakan di Register 39, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Petugas juga menangkap empat orang yang diduga bagian dari jaringan pembalakan liar.
Keempat tersangka ditangkap saat hendak mengangkut kayu dari kawasan hutan lindung menggunakan truk. Para tersangka adalah sopir truk (AR), pemberi modal, dan penampung kayu ilegal (JN). Warga sekitar, IB, pencari kayu sonokeling yang akan ditebang. BW tukang ukur kayu.
Petugas belum bisa menangkap tersangka eksekutor atau penebang kayu. ”Petugas mengintai tiga hari. Mereka sempat menghentikan operasi karena tahu ada petugas,” kata petugas polisi kehutanan dari KPH Kota Agung Utara, Dodi Hanafi, Minggu (19/5).
Tiga bulan terakhir, kata Hanafi, ada tiga kasus pembalakan liar di kawasan KPHL Kota Agung Utara. Para penebang kayu umumnya warga dari luar kawasan.
Penyidik Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera, Romi Akbar, menuturkan, sindikat terorganisasi. Setiap orang punya peran: pencari kayu, penebang, pengangkut, hingga pemodal.
Pola komunikasi pembalak liar terputus. Anggota tertangkap mengaku tak saling kenal. Dapat perintah lewat telepon. Di Jambi, aparat penegak hukum dituntut tegas menindak pelaku pembalakan dan tambang liar. Presiden juga diharapkan tidak ragu bertindak tegas.
Direktur Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Rudi Syaf, mengatakan, pembalakan dan tambang liar menghancurkan lingkungan, semasif pembakaran lahan. ”Presiden jangan ragu beri sanksi atau mencopot pimpinan aparat yang tak mampu mengatasi pembalakan dan tambang liar,” katanya.
Diberitakan, kedua aktivitas ilegal itu marak di sejumlah daerah. Di Jambi, pencurian kayu menghancurkan hutan alam tersisa di ekosistem Bukit Tigapuluh ataupun ekosistem gambut Berbak-Sembilang.  Tambang liar minyak masif di Kabupaten Batanghari. Adapun tambang emas liar menyebar di sepanjang hulu Daerah Aliran Sungai Batanghari.
Pekan lalu, tim Direktorat III Tindak Pidana Terbatas Bareskrim Polri mendapati aliran kayu-kayu ilegal memasok kebutuhan industri kayu di Jambi. Jumlah kayu curian lebih dari 2.000 meter kubik. (VIO/ITA)

Lintas Sumatera Memprihatinkan

Kondisi Jalan Lintas Sumatera ruas Palembang-Jambi kian memprihatinkan, Senin (25/2/2019). Banyak jalan bergelombang dan berlubang. Akibatnya, waktu tempuh pun meningkat hingga dua kali lipat dan kerap terjadi kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa. Pemerintah diharapkan segera memperbaiki jalan tersebut.


KOMPAS Kondisi Jalan Lintas Sumatera rute Palembang-Jambi memprihatinkan. Sejumlah ruas jalan rusak sedang hingga berat. Waktu tempuh perjalanan meningkat karena macet panjang. Rusaknya jalan juga jadi penyebab kecelakaan yang merenggut korban jiwa.
Senin (25/2/2019), Suratman (47) sedang menunggu bantuan. Truk yang ia kemudikan terperosok di bahu Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) di Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, dalam perjalanan dari Sungai Lilin menuju Pelabuhan Boom Baru, Palembang. Sejak subuh, ia berupaya mengeluarkan truk bermuatan 23 ton minyak kelapa sawit mentah (CPO), tetapi tak berhasil.
Kondisi Jalinsum, terutama yang menghubungkan Palembang-Jambi, berlubang dan bergelombang hampir di semua ruas. Kondisi itu terjadi sejak empat bulan lalu.
Di sejumlah titik ruas jalan, debu pekat mengganggu pengendara. Di bahu jalan, banyak tumpukan tanah bekas galian. Rabu (13/2), kecelakaan terjadi di Lubuk Karet, Kecamatan Betung, Kabupaten Banyuasin. Akibatnya, 3 orang tewas dan 10 orang luka-luka.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Banyuasin Supriyadi mengatakan, kecelakaan kerap terjadi di Jalinsum ruas Palembang-Jambi. Selain jalan rusak, juga ada tikungan tajam di beberapa ruas jalan.
Jalan sangat sempit dibandingkan jumlah kendaraan yang lewat. Ia berharap jalan dilebarkan untuk mengurangi kemacetan dan kecelakaan.
Sabtu (23/2), Kompas menyusuri Jalinsum dari Palembang-Bayung Lencir sejauh 138 kilometer. Beberapa ruas jalan tampak rusak parah, terutama di Kecamatan Sungai Lilin dan Bayung Lencir.
Kompas menyaksikan, dua truk terguling sehingga terjadi kemacetan sekitar 7 kilometer. Untuk mencapai Kecamatan Bayung Lencir perlu waktu 7 jam. Padahal, normalnya hanya 4 jam. Jalinsum merupakan jalur strategis dan jadi akses utama pengangkutan komoditas seperti karet, sawit, kayu, dan CPO.
Kepala Dinas Perhubungan Musi Banyuasin Pathi Ridwan mengatakan, pemda, perusahaan, dan masyarakat sekitar memperbaiki jalan secara swadaya. Lubang jalan ditambal dengan batu agregat. ”Kami sangat berharap jalan segera diperbaiki,” katanya.
Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Palembang V Syaiful Anwar menjelaskan, dari 390 kilometer panjang jalan Jalinsum yang menghubungkan Sumsel- Jambi dan Sumsel-Lampung sekitar 15 persen rusak.
Hal itu akibat muatan kendaraan yang melebihi kemampuan jalan serta drainase tertutup oleh pembangunan warga di bahu jalan. Akibatnya, air hujan menggenangi dan merusak jalan.
Untuk perbaikan sejumlah ruas Jalinsum tahun 2019,dianggarkan dana Rp 1,4 triliun. (RAM)

Trans-Sumatera Berbenah

Jalan Tol Trans-Sumatera terus berbenah menyambut pemudik. Kemacetan, minimnya tempat istirahat, dan ancaman tindak kejahatan tetap perlu diwaspadai saat melintasi jalur ini.

 
Foto udara Jalan Tol Trans-Sumatera dan Jalan Lintas Timur Sumatera yang langsung terhubung ke Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni, Lampung Selatan, diambil pada Minggu (19/5/2019). Kawasan itu menjadi gerbang utama masuknya kendaraan dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera. Arus kendaraan dan pemudik pada Lebaran 2019 yang melewati daerah itu diperkirakan naik sekitar 15 persen dibandingkan dengan tahun lalu.


 

 KOMPAS Pemerintah terus membenahi Jalan Tol Trans-Sumatera dari Bakauheni, Lampung, hingga Palembang, Sumatera Selatan, agar siap digunakan pada tujuh hari menjelang Lebaran atau H-7. Masalah seperti kemacetan, minimnya tempat istirahat, dan tindak kejahatan tetap perlu diwaspadai pemudik saat melintasi jalan tol sepanjang 366 kilometer tersebut.

Kajian Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan, jalan tol itu diprediksi akan dilintasi 88.335 kendaraan pada masa mudik Lebaran tahun ini. Ruas jalan yang sudah operasional dari Bakauheni hingga Terbanggi Besar (139,9 kilometer). Adapun ruas Terbanggi Besar–Pematang Panggang–Kayu Agung masih fungsional, dan ruas Kayu Agung–Palembang masih dalam pengerjaan.
Penelusuran Kompas, Selasa hingga Sabtu (14-18/5/2019), pembenahan Jalan Tol Trans-Sumatera terus dilakukan, mulai dari pengerasan jalan, pembangunan tempat istirahat darurat, hingga penyediaan stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU).
Saat meninjau Tol Trans-Sumatera, Selasa (14/5), Tenaga Ahli Utama Pengendalian Pembangunan Monitoring dan Evaluasi Program Prioritas Nasional Bidang Infrastruktur Kantor Staf Presiden Febry Calvin Tetelepta memperkirakan, minat masyarakat untuk melintasi Jalan Tol Trans-Sumatera cukup tinggi. Selain karena tertarik mencoba jalan tol baru, mahalnya harga tiket pesawat juga akan membuat masyarakat memakai jalur darat.
Secara terpisah, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan, pemudik bisa melewati Tol Trans-Sumatera dari Bakauheni hingga Palembang. Namun, ruas Pematang Panggang-Kayu Agung-Palembang belum rampung dikerjakan. Ada ruas yang belum dilapisi aspal dan yang masih berupa jalan tanah.
Untuk ruas tol yang fungsional hanya beroperasi pada pukul 06.00-18.00. Meski belum tuntas, Jalan Tol Trans-Sumatera dapat memangkas waktu tempuh Bandar Lampung-Palembang hingga enam jam dibandingkan melalui jalan lintas timur Sumatera yang memakan waktu sekitar 12 jam. Namun, sejumlah persoalan seperti potensi kemacetan perlu diantisipasi.
Kemacetan dapat terjadi di sejumlah pintu keluar karena adanya penyempitan jalur atau jalan rusak dari arah jalan tol menuju jalan nasional atau arteri. Beberapa titik yang rawan macet, seperti di Gerbang Tol Bakauheni, karena banyak kendaraan berpotensi masuk bersamaan seusai turun dari kapal penyeberangan.
Selain itu, kemacetan karena penyempitan jalan dapat terjadi di gerbang keluar Simpang Pematang, Pematang Panggang, Kayu Agung, dan Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan. Adapun titik rawan macet karena jalan rusak berada di pintu keluar tol Kota Baru.
Tempat istirahat darurat
Hal lain yang berpotensi mengganggu kenyamanan mudik adalah minimnya tempat istirahat di Tol Trans-Sumatera. Dari Bakauheni hingga Palembang, hanya ada tempat istirahat darurat.
Ada 11 tempat istirahat darurat yang dipersiapkan dari Bakauheni hingga Pematang Panggang. Fasilitas darurat ini memakai kontainer sebagai ruang shalat, istirahat, dan kantin. Disediakan juga toilet dan SPBU modular milik Pertamina.

Warga juga membangun warung tenda yang menyediakan makanan, minuman, toilet, dan balai istirahat. Namun, pengendara harus memarkir kendaraan di bahu jalan sehingga dapat memicu kemacetan jika terjadi penumpukan kendaraan di tempat istirahat darurat.
Sales Executive Ritel Rayon V Pertamina Sumatera Bagian Selatan Ferry Fernando menjamin kebutuhan bahan bakar untuk pemudik melalui Tol Trans-Sumatera. ”Kami menyiapkan Pertamax dan Solar Dex, tetapi jumlah di setiap rest area berbeda, 3 kiloliter sampai 5 kiloliter,” ujarnya.
Pertamina juga menyiapkan bahan bakar kemasan 5 liter dan 10 liter. Namun, pemudik tetap perlu membawa bahan bakar cadangan untuk antisipasi kekurangan di perjalanan. Pasalnya, di ruas Kayuagung-Palembang tak tersedia tempat istirahat.
Masalah lain yang perlu diantisipasi adalah tindak kejahatan yang mungkin terjadi di beberapa ruas jalan tol, seperti di jalur Tulang Bawang, Lampung, hingga Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Di jalan non-tol di kawasan ini kerap terjadi penodongan atau pemerasan dengan senjata tajam.
Kondisi rawan ini tak lepas dari minimnya penerangan jalan dan tiadanya pagar yang membatasi area tol dengan lahan perkebunan. Kawasan di sekitar tol juga jarang ditemui permukiman penduduk.
Sekretaris Asosiasi Jasa Pengiriman Logistik Sumatera Selatan Haris Jumadi mengakui, sopir truk logistik kerap diperas di Jalintim di kawasan Mesuji, di perbatasan Lampung-Sumatera Selatan. Kondisi ini bisa menjadi potensi bergesernya tindak kriminal ke jalan tol.
Penembak jitu
Untuk meningkatkan keamanan, Haris mengusulkan ada patroli jalan raya, penjagaan di pintu-pintu tol, dan pusat panggilan darurat yang aktif dan tersosialisasikan dengan baik.
Terkait hal itu, Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Selatan Inspektur Jenderal Zulkarnain Adinegara menjamin tak akan ada tindak kriminal bagi pemudik. Sebanyak 2.000 personel, termasuk penembak jitu (sniper), telah disiapkan. ”Tim sniper disiapkan untuk mengantisipasi sejumlah bentuk kejahatan, seperti begal dan bajing loncat,” katanya.(AIN/RAM/SKA/XTI/REN/MEL/IRE)

 

 

Minggu, 19 Mei 2019

Mencoba Bus Bebas Polusi di Monas


Pengunjung Monas antusias menaiki bus listrik transJakarta yang sedang diuji coba untuk antar jemput dari parkiran IRTI hingga ke pintu masuk Tugu Monas, Jakarta, dan sebaliknya, Minggu (19/5/2019). Menurut rencana, uji coba ini akan berlangsung hingga tiga bulan ke depan setiap Sabtu dan Minggu.


Pengunjung Monas antusias menaiki bus listrik transJakarta yang sedang diuji coba untuk antar jemput dari parkiran IRTI hingga ke pintu masuk Tugu Monas, Jakarta, dan sebaliknya, Minggu (19/5/2019).

 

 Pengunjung Monas antusias antre menaiki bus listrik transJakarta yang sedang diuji coba untuk antar jemput dari parkiran IRTI hingga pintu masuk Tugu Monas, Jakarta, dan sebaliknya, Minggu (19/5/2019).





 Pengunjung Monas antusias menaiki bus listrik transJakarta yang sedang diuji coba untuk antar jemput dari parkiran IRTI hingga ke pintu masuk Tugu Monas, Jakarta, dan sebaliknya, Minggu (19/5/2019).




PT TransJakarta melakukan uji coba bus listrik untuk antar jemput pengunjung Monas dari parkiran IRTI hingga pintu masuk Tugu Monas, Jakarta, dan sebaliknya, Minggu (19/5/2019). Menurut rencana, uji coba ini akan berlangsung hingga tiga bulan ke depan setiap Sabtu dan Minggu.